Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja, memprediksi bahwa suku bunga referensi Bank Indonesia (BI) akan turun. Prediksi ini mengikuti kebijakan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve.
Menurutnya, jika The Fed mulai menurunkan Federal Funds Rate (FFR) pada bulan September. Kemungkinan akan ada kebijakan dari BI sendiri, mulai dari mengamati kebutuhan ekuitas di pasar hingga menjaga pergerakan rupiah yang stabil.
“Nah, apabila hal itu terpenuhi, mungkin setelah Fed menurunkan bunga di bulan September. Kemudian mungkin 0,25 atau 0,25 basis poin, BI bisa saja menurunkan bunga,” katanya pada Kamis (25/7/2024).
Namun demikian, Presiden Direktur Bank Central Asia, Jahja mengatakan BI akan tetap mempertimbangkan berbagai kebutuhan pasar demi mendorong pengambilan keputusan untuk menurunkan suku bunga pada kuartal IV tahun ini.
Beberapa data yang akan menjadi indikator kebijakan BI antara lain, perhitungan likuiditas yang cukup, pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS, hingga perkembangan makroekonomi di Indonesia.
“Jadi, itu saya pikir pertimbangan-pertimbangan yang akan diambil oleh BI sebelum memutuskan untuk menurunkan atau mempertahankan suku bunga,” tutur Jahja.
Sebelumnya, BI masih konsisten mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6,25 persen pada Juni, melanjutkan tren selama dua bulan terakhir.
Namun demikian, BI juga membuka kemungkinan penurunan suku bunga pada kuartal IV 2024.
Hal ini bergantung pada perkembangan data ekonomi Amerika Serikat (AS), seperti suku bunga kebijakan FFR, imbal hasil obligasi AS atau yield US Treasury, dan pergerakan dolar AS.