Ad2stream – Wisatawan di Puncak. Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan pada acara The Weekly Brief with Sandi Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengungkapkan keprihatinan atas lonjakan wisatawan yang terjadi di Puncak, yang disebabkan oleh kurang efektifnya promosi destinasi wisata alternatif di sekitar Jakarta. Hal ini menjadi sorotan ketika sejumlah besar wisatawan berbondong-bondong menuju Puncak selama libur panjang perayaan Maulid Nabi Muhammad, mengakibatkan kemacetan parah di puncak tersebut.
Sandiaga Uno menjelaskan, “Karena Jabodetabek ini pusat dari originasi wisnus dan ada long weekend, top of mind-nya ini adalah Puncak. Dan kita setelah puluhan tahun ini belum berhasil membranding destinasi lain di sekitar Jakarta yang bisa menghadirkan udara sejuk dan wisata alam yang terjangkau harganya.” Ia juga menyebutkan harga tiket yang masih mahal menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pilihan wisatawan.
Menyadari dampak signifikan dari wisatawan di puncak yang terjadi, Sandiaga menyampaikan permohonan maaf atas nama pemerintah dan berkomitmen untuk memastikan bahwa situasi serupa tidak terulang. “Kami akan terus berkoordinasi dan menyiapkan carrying capacity, termasuk menutup jalan jika sudah melampaui kapasitas yang ditentukan,” tambahnya.
Dalam upaya mitigasi terhadap melonjaknya volume kendaraan, ia menyoroti perlunya pengelolaan yang lebih baik, terutama terkait kendaraan roda dua, yang merupakan penyumbang terbesar dalam kemacetan di puncak. Hal ini menunjukkan kebutuhan mendesak untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif dalam pengaturan lalu lintas di wilayah tersebut.
Sebagai langkah konkret, Direktur Pengembangan Destinasi 1 Kemenparekraf, Sri Utari, menyampaikan bahwa pihaknya tengah menjajaki kerjasama dengan perguruan tinggi untuk mengembangkan alat yang dapat mengukur carrying capacity destinasi wisata. “Kami berharap alat ini dapat memberikan informasi kepada calon wisatawan mengenai kapasitas suatu destinasi,” ungkap Sri Utari, merujuk pada proyek yang tengah berjalan dengan Universitas Telkom untuk menghasilkan prototipe.
Walapun target penerapan alat ini belum ditentukan, Sri Utari optimis bahwa inisiatif ini akan rampung dalam waktu dekat. “Pembahasan sedang kami mulai, mudah-mudahan ini tidak lama bisa selesai prototypenya,” simpulnya.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pemerintah dapat lebih efektif dalam mengelola pariwisata dan mencegah terulangnya kemacetan yang merugikan berbagai pihak, sekaligus memberikan alternatif destinasi wisata yang lebih beragam bagi masyarakat.