Ad2stream – Dewi Perssik, seorang penyanyi dan artis yang dikenal luas di Indonesia, kembali menjadi sorotan publik setelah mengalami putus cinta dengan seorang pilot bernama Rully. Hubungan yang diharapkan dapat berlanjut ke jenjang pernikahan ini, sayangnya, harus berakhir di tengah perjalanan. Dalam penjelasannya, Dewi menyampaikan pandangannya mengenai cinta dan komitmen, serta pengalaman pribadinya setelah mengalami kegagalan dalam hubungan asmara.
Dewi Perssik, yang juga terkenal dengan lagu “Hikayat Cinta,” mengungkapkan bahwa meski ia mengalami putus cinta, dirinya tidak merasa trauma atau ketakutan untuk menjalin hubungan baru. Ia menyatakan, “Trauma nggak, cuma bisa nggak ngertiin pekerjaan saya.” Ungkapan ini mencerminkan sikapnya yang realistis dan profesional, di mana ia menyadari bahwa pekerjaan sebagai artis seringkali dapat membebani hubungan personal.
Lebih lanjut, Dewi menekankan pentingnya komitmen dalam sebuah hubungan. Ia menyatakan bahwa untuk menjalin hubungan yang lebih serius, seperti pernikahan, harus ada kesiapan dari kedua belah pihak, terutama dalam soal komitmen dan tanggung jawab. “Yang penting dia tanggung jawab,” ujarnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Dewi menginginkan pasangan yang tidak hanya mencintainya, tetapi juga siap untuk berbagi tanggung jawab dalam hubungan tersebut.
Selain itu, Dewi Perssik juga menekankan bahwa perilaku posesif dan cemburu dapat menjadi masalah dalam hubungan, asalkan batasan-batasan itu tetap diingat. Hal ini menunjukkan bahwa ia memiliki pandangan terbuka tentang cinta dan keintiman, tetapi tetap mengutamakan kejelasan dalam batasan-batasan yang sehat dalam hubungan. Sikap ini mencerminkan kedewasaan emosionalnya dan kemauan untuk mencari pasangan yang tidak hanya mencintainya, tetapi juga memahami karir dan kebutuhannya sebagai individu.
Dalam penjelasannya tentang pernikahan, Dewi Perssik menunjukkan pandangan yang mendalam. Ia mengatakan bahwa pernikahan bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang perjanjian yang mengikat antara pasangan dan Tuhan. Ia memberi penekanan, “Orang menikah bukan orang yang mencintai, itu nomor ke sekian, tapi perjanjian kepada Allah.” Pandangan ini menunjukkan bahwa bagi Dewi, pernikahan adalah komitmen sakral yang melibatkan spiritualitas dan tanggung jawab moral, bukan semata-mata hubungan emosional.
Dewi juga merujuk pada realita bahwa banyak orang menikah, tetapi kemudian bercerai ketika cinta itu pudar. Menurutnya, jika pernikahan didasarkan pada iman dan sesama janji kepada Tuhan, pasangan akan lebih mampu untuk mengingat dan menghargai komitmen mereka satu sama lain. “Zaman sekarang itu kalau cintanya sudah hilang, bercerai, memang nggak semua,” kata Dewi, menjelaskan bahwa pernikahan yang dibangun di atas dasar spiritual akan memiliki ketahanan yang lebih besar.
Sebagai seorang ibu dan wanita yang pernah mengalami pahitnya putus cinta, sikap Dewi Perssik yang tetap optimis dan terbuka untuk cinta baru patut dicontoh. Ia jelas menyadari bahwa kehidupan cinta bisa penuh liku, namun ia memilih untuk tidak dibayangi oleh pengalaman buruk di masa lalu. Kesempatan untuk memulai lagi, selalu ada, asalkan dengan komitmen yang tepat dan keyakinan yang kuat akan perjanjian yang dijalin.
Dengan demikian, Dewi Perssik bukan hanya seorang artis yang berbakat, tetapi juga seorang wanita yang menjalani kehidupan cintanya dengan kebijaksanaan dan kejelasan. Meskipun mengalami kegagalan Dewi Perssik dengan pilot, ia tetap percaya bahwa cinta sejati ada di luar sana, dan ketika saat yang tepat tiba, ia berharap bisa menemui seseorang yang memenuhi kriteria dan komitmen yang ia harapkan. Meldakan pesan positif bagi banyak orang bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang tanggung jawab dan komitmen yang saling dijaga.