TikTok kembali menjadi sorotan setelah mengumumkan kebijakan baru yang melarang pengguna remaja di Eropa menggunakan filter kecantikan di platformnya. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen TikTok terhadap regulasi Uni Eropa yang mengatur perlindungan privasi dan keamanan data anak di bawah umur. Filter-filter yang sebelumnya memberikan efek seperti kulit halus, wajah tirus, atau penambahan riasan kini tidak lagi tersedia bagi pengguna berusia di bawah 18 tahun. Kebijakan ini mendapat tanggapan beragam, mulai dari pujian atas upaya menjaga kesehatan mental remaja, hingga kritik dari beberapa pihak yang menganggap langkah tersebut membatasi ekspresi kreatif pengguna muda.
Menurut pernyataan resmi TikTok, keputusan ini diambil setelah sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan filter kecantikan dapat berdampak negatif pada citra diri dan kesehatan mental, terutama pada kalangan remaja. Banyak remaja merasa tertekan untuk memenuhi standar kecantikan tidak realistis yang tercipta karena penggunaan filter ini. Dengan menghilangkan akses ke filter tersebut, TikTok berharap dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan inklusif bagi semua pengguna.
Namun, kebijakan ini memunculkan pertanyaan di kalangan pengguna. Beberapa remaja di Eropa merasa bahwa mereka diperlakukan tidak adil dibandingkan dengan remaja di wilayah lain yang masih bisa menggunakan fitur tersebut. “Filter adalah bagian dari cara kami bersenang-senang dan mengekspresikan diri,” ujar seorang pengguna TikTok asal Jerman. “Menghapusnya membuat kami merasa terkekang dan kehilangan alat kreatif kami.” Keluhan serupa membanjiri platform media sosial, dengan banyak remaja mempertanyakan apakah larangan ini benar-benar solusi terbaik untuk masalah kesehatan mental.
Di sisi lain, para ahli kesehatan mental memuji langkah ini sebagai pendekatan progresif yang mendukung perkembangan citra diri yang sehat di kalangan remaja. “Remaja adalah kelompok yang paling rentan terhadap dampak media sosial, termasuk tekanan untuk terlihat sempurna,” kata Dr. Amanda Collins, seorang psikolog anak di Inggris. “Kebijakan seperti ini dapat membantu mengurangi stres yang mereka alami akibat mencoba memenuhi standar kecantikan palsu yang diciptakan oleh teknologi.”
Namun, para pengamat teknologi menyoroti sisi lain dari kebijakan ini, yakni implikasi teknis dan bisnis. Dengan menghapus filter untuk remaja, TikTok mungkin kehilangan sebagian pengguna aktif di Eropa. Selain itu, langkah ini juga memaksa perusahaan untuk mengembangkan teknologi yang mampu memverifikasi usia pengguna secara lebih akurat, sesuatu yang selama ini menjadi tantangan besar bagi platform media sosial. TikTok berjanji akan menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk memastikan usia pengguna yang terverifikasi, tetapi efektivitasnya masih dipertanyakan.
Seiring dengan pelaksanaan kebijakan ini, Uni Eropa juga mendesak platform media sosial lain untuk mengikuti langkah TikTok dalam membatasi fitur-fitur yang dianggap berisiko bagi kesehatan mental anak-anak dan remaja. Meski masih menjadi bahan perdebatan, kebijakan TikTok ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan ekosistem media sosial yang lebih bertanggung jawab dan mendukung kesejahteraan penggunanya, khususnya generasi muda. Bagaimana dampak jangka panjangnya? Hanya waktu yang akan menjawab.