Pulau Kunti: Keindahan yang Terlarang Dikunjungi Manusia

Pulau Kunti, sebuah permata tersembunyi di dalam kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGG), Sukabumi, dikenal dengan pemandangan alamnya yang memukau. Dari pantai berpasir putih yang halus hingga formasi karang sisa lava yang unik, pulau ini sering menjadi tujuan wisata yang banyak diburu. Namun, mulai tahun 2024, Pulau Kunti akan ditutup untuk kunjungan manusia. Langkah ini diambil untuk menjaga keutuhan lingkungan dan mencegah perusakan yang semakin nyata di area tersebut.

Alasan Penutupan Pulau Kunti

Foto: Pulau Kunti, Sukabumi. (Anggita/ad2stream)

Salah satu alasan utama penutupan Pulau Kunti adalah meningkatnya aktivitas ilegal, termasuk perdagangan dan perambahan lahan. Di area yang seharusnya dilindungi ini, terlihat kebun singkong dan pisang yang seharusnya tidak ada, menunjukkan ketidakpatuhan terhadap aturan yang ada. Kepala Resor Cikepuh, Iwan Setiawan, menyatakan bahwa keputusan penutupan ini diambil setelah mempertimbangkan banyak aspek dan melakukan sosialisasi dengan berbagai pihak.

“Bukan berarti saya memberikan kebijakan sepihak. Selama ini, kami sudah mengadakan sosialisasi, tetapi tetap saja, berbagai kegiatan ilegal semakin bertambah,” ujarnya dalam sebuah wawancara. Ia mengingatkan bahwa Pulau bernama Kunti ini dan sekitarnya termasuk kawasan konservasi berdasarkan undang-undang yang ada, dan setiap kegiatan yang merusak ekosistem di area tersebut adalah ilegal.

Beliau juga menambahkan, dengan adanya rencana revisi oleh tim asesor UNESCO pada akhir tahun 2024, penting untuk mempertahankan kondisi kawasan agar tetap terjaga, guna menjaga status Geopark yang sudah diperoleh. Jika kondisi kawasan terlacak dalam keadaan semrawut dan kotor, bukan tidak mungkin jika status Geoparknya berpotensi dicabut.

Kebijakan Kunjungan

Walau Pulau Kunti ditutup dari kunjungan langsung, wisatawan masih bisa menikmati pemandangan dari jarak jauh, khususnya dengan menggunakan perahu. Iwan mengharapkan hal ini bisa menjadi contoh yang baik, seperti yang terjadi di geopark lain di Korea, di mana pengunjung bisa melihat keindahan alam tanpa harus menginjakkan kaki di sana.

Ada rencana permohonan dari pelaku usaha pariwisata setempat untuk masa transisi hingga akhir Desember 2023, namun mulai Januari 2024, kawasan tersebut akan steril dari aktivitas manusia.

Mengeksplorasi Keunikan Pulau Kunti

Pulau Kunti adalah salah satu pulau kecil yang terletak di bagian ujung semenanjung Gunung Badak, yang dikelilingi oleh hutan suaka margasatwa Cikepuh. Dengan pasir putih yang bersih dan formasi batuan yang menarik, Pulau Kunti bukan hanya sekadar keindahan visual. Batuan yang ada di sana berasal dari lava gunung api yang berusia jutaan tahun, menjadikannya tempat yang kaya akan sejarah geologi.

Salah satu penduduk setempat, Pak Saman, menjelaskan bahwa Pulau ini terbentuk dari sedimen Batuan Melan, yang usianya diperkirakan antara 55 hingga 65 juta tahun. Ia juga mencatat bahwa di area ini, fosil bernama numulates dapat ditemukan, menambah nilai ilmiah dari pulau ini.

Mitos di Balik Nama Pulau Kunti

Pulau yang bernamakan Kunti ini mendapat namanya dari cerita rakyat mengenai sosok kuntilanak, makhluk halus perempuan berbaju putih yang konon sering terdengar tertawa di sekitar pulau. Mitos ini sudah dikenal oleh penduduk setempat dan menjadi bagian dari budaya yang unik. Namun, suara yang dikaitkan dengan kuntilanak tersebut ternyata dapat dijelaskan secara ilmiah. Menurut Pak Saman, batuan yang ada di pulau memiliki struktur yang mengubah gelombang air laut menjadi suara gemuruh yang mirip dengan tawa.

“Suara itu muncul saat air laut pasang dan menghantam batuan berongga di pulau, menghasilkan suara yang bergema,” jelasnya. Fenomena ini menunjukkan bagaimana alam bisa mengubah sesuatu yang tampak mistis menjadi penjelasan yang lebih rasional.

Kesimpulan: Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan

Meski keputusan untuk menutup Pulau Kunti dari kunjungan manusia terdengar menyedihkan bagi para pecinta alam dan wisatawan, langkah ini adalah upaya penting untuk menjaga keindahan dan integritas lingkungan alam di kawasan tersebut. Konservasi bukan hanya tentang perlindungan, tetapi juga tentang pendidikan dan pemahaman akan pentingnya ekosistem bagi kehidupan kita.

Di tengah tantangan yang dihadapi oleh destinasi-destinasi wisata alam, langkah menuju keberlanjutan sangatlah penting. Dengan adanya penutupan ini, diharapkan Pulau ini bisa kembali ke kondisi terbaiknya, sehingga generasi mendatang dapat menikmati keindahan alamnya tanpa merusak ekosistem yang ada. Kesadaran akan pentingnya konservasi harus ditanamkan sejak dini, agar keajaiban alam seperti Pulau ini dapat terus dilestarikan.

Related Posts

Harvey Moeis: Hukuman 12 Tahun jadi 6 Tahun 6 Bulan!

Ad2stream – Harvey Moeis. Pada tanggal 23 Desember 2024, vonis hukuman penjara dijatuhkan kepada pengusaha Harvey Moeis di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat. Harvey, yang dikenal sebagai suami aktris…

Nikita Mirzani Taruhan: Vadel Badjideh Akan di Penjara

Ad2stream – Nikita Mirzani Taruhan. Baru-baru ini, industri hiburan Indonesia dikejutkan dengan pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh Nikita Mirzani, seorang selebriti dan presenter terkenal. Dia secara berani mengklaim bahwa Vadel…

You Missed

Harvey Moeis: Hukuman 12 Tahun jadi 6 Tahun 6 Bulan!

Harvey Moeis: Hukuman 12 Tahun jadi 6 Tahun 6 Bulan!

Pulau Kunti: Keindahan yang Terlarang Dikunjungi Manusia

Pulau Kunti: Keindahan yang Terlarang Dikunjungi Manusia

Nikita Mirzani Taruhan: Vadel Badjideh Akan di Penjara

Nikita Mirzani Taruhan: Vadel Badjideh Akan di Penjara

Kasus Pemerkosaan di Ponpes Sekotong: Hancurkan Masa Depan

Kasus Pemerkosaan di Ponpes Sekotong: Hancurkan Masa Depan

Toyota Menunda Peluncuran Lexus EV Hingga 2027

Toyota Menunda Peluncuran Lexus EV Hingga 2027

Bus Wisata Terbakar di Jalan Jogja-Solo: Penumpang Selamat

Bus Wisata Terbakar di Jalan Jogja-Solo: Penumpang Selamat