Aktivitas blasting atau peledakan batuan di Gunung Tumpang Pitu oleh PT Bumi Suksesindo (BSI) dikeluhkan nelayan Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Selasa (26/11).
Material gunung yang diklaim sebagai salah satu cadangan emas terbesar di Indonesia jatuh ke laut, mengkhawatirkan kerusakan ekosistem laut. “Tiga hari lalu, ada pemancing melihat material masuk ke laut,” kata Amin Fauzi, warga Dusun Pancer yang menolak penambangan emas.
Meski tidak menyaksikan langsung, Amin yakin material yang jatuh cukup banyak. Biasanya, aktivitas blasting dilakukan di tengah dan jauh dari laut. Kali ini, dilakukan dekat laut, menyebabkan material longsor ke Laut Pancer.
“Longsoran itu merusak laut,” ujarnya. Keluhan warga ini masih diluapkan di media sosial. Dari pantauan Jawa Pos Radar Genteng di Pantai Mustika, kondisi Gunung Tumpang Pitu memprihatinkan, dulunya hijau kini tandus akibat tambang.
“Longsor terlihat dari Pancer, bagian selatan,” katanya. Dinas Perikanan Banyuwangi juga memonitor keluhan nelayan terkait material longsor ke Laut Pancer. “Kami tahu dari media, belum ada laporan masyarakat,” kata Plt Kepala Dinas Perikanan Banyuwangi, Suryono Bintang Samudra. Ditanya soal potensi kerusakan laut, Suryono mengaku tidak bisa menjawab karena wewenang Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur.
“Laut di bawah naungan Dinas Perikanan Provinsi,” dalihnya. Manager PT BSI, Iwa Mulyawan, membenarkan material hasil blasting masuk ke laut, menyebut itu bagian dari blasting rutin PT BSI. “Itu blasting rutin,” katanya.
Iwa mengklaim PT BSI sudah menerapkan praktik penambangan bertanggung jawab. “PT BSI selalu sosialisasi peledakan beberapa jam sebelumnya kepada warga dalam radius 500 meter,” ujarnya. Iwa mengklaim pantauan tim lingkungan menunjukkan laut dekat lokasi blasting normal. “Penyiraman dilakukan untuk meminimalkan debu,” dalihnya.