Ad2stream – Andika Rosadi. Perceraian merupakan suatu fenomena yang tidak asing dalam kehidupan masyarakat, terutama di era modern ini. Salah satu kasus yang menarik perhatian publik adalah gugat cerai yang diajukan oleh Nisya Ahmad terhadap suaminya, Andika Rosadi, setelah 15 tahun menjalani biduk rumah tangga. Keduanya merupakan figur publik yang dikenal, sehingga kabar ini bukan hanya mengguncang kehidupan pribadi mereka, tetapi juga menarik minat masyarakat luas, terutama terkait dampak emosional yang mungkin dialami oleh anak-anak mereka.
Andika Rosadi, sebagai pihak yang digugat cerai, mengungkapkan perasaan sedihnya ketika mengetahui keputusan Nisya untuk mengakhiri pernikahan mereka. Dalam pernyataannya, Andika menyatakan kekhawatiran tentang dampak perceraian tersebut terhadap mental anak-anak mereka, yang telah dikaruniai tiga orang. Kuasa hukum Andika, Nata Sasmita, menegaskan bahwa lahirnya isu perceraian ini sangatlah berat bagi Andika, mengingat betapa besarnya kasih sayang yang ia miliki terhadap anak-anaknya. Sebagai seorang ayah, Andika merasa bahwa keamanan emosional anak-anaknya adalah prioritas utama, dan ia berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan stabilitas dalam situasi yang sulit ini.
Nata Sasmita, sebagai kuasa hukum yang mewakili Andika, menunjukkan dedikasi dalam membela kliennya dengan mengupayakan penolakan terhadap gugatan cerai tersebut. Dalam perspektif hukum, ia menyatakan bahwa masalah rumah tangga seringkali merupakan hasil dari perbedaan pendapat antara kedua belah pihak, yang seharusnya bisa diselesaikan secara internal demi kebaikan anak. Tindakan gugat cerai, menurut Nata, seharusnya dihindari, terutama jika bisa dilakukan mediasi guna mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Namun, meski telah dilakukan mediasi sebanyak tiga kali, upaya untuk mencapai kesepakatan damai tetap belum membuahkan hasil.
Di sisi lain, Nisya Ahmad dalam gugatannya menyatakan keinginan untuk bercerai tanpa permohonan hak asuh anak dan pembagian harta gono-gini. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun menghadapi konflik, Nisya mengutamakan kenyamanan anak-anak dalam proses hukum ini. Keputusan tersebut menandakan bahwa ia tetap berkomitmen untuk menjaga kesejahteraan anak-anak usai perceraian, meskipun hubungan dengan Andika mengalami titik nadir.
Saat ini, anak-anak masih diasuh secara bersama oleh Nisya dan Andika, tanpa keputusan untuk pisah rumah setelah adanya gugatan cerai. Hal ini menggambarkan upaya mereka dalam menjaga stabilitas dan rasa aman bagi anak-anak di tengah turbulensi emosional yang dihadapi oleh orang tua mereka. Dalam konteks ini, penting bagi semua pihak untuk menyadari bahwa setiap langkah yang diambil dapat berdampak besar terhadap perkembangan mental dan emosional anak-anak.
Kesimpulannya, pernikahan yang berakhir dengan perceraian adalah hal yang menyedihkan dan menantang, baik bagi pasangan yang terlibat maupun bagi anak-anak mereka. Kasus Nisya Ahmad dan Andika Rosadi menggambarkan realitas pahit yang sering dialami banyak keluarga, di mana keputusan yang diambil tidak hanya mempengaruhi pasangan, tetapi juga anak-anak yang menjadi korban dari kondisi yang terjadi. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk selalu memprioritaskan kepentingan anak demi terciptanya keadaan yang seimbang pasca perceraian.