Ad2stream – Gunung Lewotobi. Bandara Komodo yang terletak di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah ditutup sementara waktu terkait dengan situasi emergensi yang disebabkan oleh erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Penutupan ini dimungkinkan setelah hasil dari paper test menunjukkan adanya paparan abu vulkanik, yang diketahui dapat membahayakan keselamatan penerbangan.
Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Komodo, Ceppy Triono, mengungkapkan bahwa langkah penutupan bandara diambil setelah hasil pemeriksaan menunjukkan hasil positif pada sekitar pukul 16.00 Wita. “Kalau paper test positif tidak ada (pesawat) yang bisa terbang,” jelas Ceppy. Hal ini menunjukkan bahwa saat terdeteksi adanya abu vulkanik, penerbangan harus dihentikan demi keselamatan penumpang dan kru pesawat.
Seiring dengan berlangsungnya situasi ini, pihak bandara melakukan kolaborasi dengan sejumlah pemangku kepentingan, seperti Airnav, maskapai penerbangan, dan pihak meteorologi, untuk memastikan langkah-langkah selanjutnya. Melalui kolaborasi tersebut, mereka dapat membuat keputusan yang informatif tentang berlanjutnya penerbangan setelah situasi dinyatakan aman. “Kami akan menerbitkan Notem (pemberitahuan resmi) untuk pesawat-pesawat yang akan terbang,” tambahnya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa pada pemeriksaan lebih lanjut yang dilakukan pada pukul 18.00 Wita, terdapat penurunan signifikan dalam kadar paparan abu vulkanik di area Bandara Komodo. Ceppy menjelaskan bahwa kondisi ini merupakan kabar positif dan memberi harapan bahwa penerbangan dapat kembali normal. “Kami di Notem itu sampai jam 7 pagi nanti akan kami tes ulang, dari tes tadi jam 8 malam sudah berkurang jauh abu vulkaniknya,” katanya.
Prosedur pemeriksaan terus dilakukan dengan tujuan memastikan yang terbaik bagi keselamatan penerbangan. “Harus dilakukan tes dulu, nanti kita akan keluarkan Notem ulang untuk menyatakan bandara saya aman untuk dilakukan penerbangan,” ungkap Ceppy. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ketelitian dan kehati-hatian dalam pengelolaan bandara saat menghadapi kondisi alam yang tidak menentu.
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki tidak hanya berdampak pada Bandara Komodo, tetapi juga menyebabkan pembatalan sebanyak 14 penerbangan dari dan menuju Bandara Internasional Komodo. Hal ini tentunya menimbulkan dampak yang luas, baik bagi penumpang yang terpaksa menunda perjalanan mereka, maupun bagi industri penerbangan di daerah tersebut.
Selain Bandara Komodo, tiga bandara lain juga mengalami penutupan akibat dampak langsung dari erupsi tersebut. Bandara Soa di Kabupaten Ngada, Bandara H Hasan Aroeboesman di Kabupaten Ende, dan Bandara Gewayantana Larantuka di Flores Timur juga terpaksa menghentikan operasional mereka. Penutupan ini menunjukkan seberapa jauh dampak erupsi dapat dirasakan, tidak hanya secara lokal, tetapi juga regional.
Sebagai tambahan, upaya mitigasi terhadap dampak erupsi gunung berapi menjadi sangat penting. Dalam hal ini, pihak berwenang daerah dan nasional harus berada dalam kesiapsiagaan, tidak hanya dalam menanggapi situasi yang sudah terjadi, tetapi juga dalam menyusun rencana tindakan jangka panjang untuk mengurangi risiko bencana serupa di masa depan. Monitoring yang berkelanjutan terhadap aktivitas vulkanik di daerah ini harus dioptimalkan, disertai dengan peningkatan fasilitas dan infrastruktur mendukung bagi bandara dan layanan penerbangan.
Penutupan Bandara Komodo adalah salah satu contoh nyata dari tantangan yang dihadapi oleh industri penerbangan dalam menghadapi situasi darurat yang disebabkan oleh faktor alam. Meskipun situasi ini menciptakan ketidaknyamanan bagi banyak orang, keselamatan penumpang dan kru tetap menjadi prioritas utama. Harapan untuk kembali beroperasinya penerbangan di Bandara Komodo sangat tergantung pada hasil pengujian dan monitor yang terus dilakukan, serta kerjasama antarinstansi terkait untuk memastikan bahwa langit di atas Labuan Bajo dapat kembali aman untuk terbang.