Pada akhir Desember 2024, Kapolrestabes Semarang dicopot dari jabatannya setelah terlibat dalam kasus penembakan yang melibatkan anggota polisi dengan nama samaran “Gamma“. Kejadian ini mengejutkan banyak pihak, terutama masyarakat Semarang dan dunia kepolisian, mengingat peran penting Kapolrestabes dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut. Penembakan yang terjadi beberapa minggu sebelumnya memunculkan tanda tanya besar terkait prosedur kepolisian dan pengawasan internal di tubuh kepolisian.
Kasus penembakan Gamma melibatkan insiden yang terjadi di sebuah lokasi di Semarang. Dalam kejadian tersebut, seorang pria yang diduga terlibat dalam tindakan kriminal ditembak oleh seorang anggota kepolisian yang bertugas di bawah komando Kapolrestabes Semarang. Insiden ini langsung menarik perhatian publik, terutama karena terdapat dugaan penyalahgunaan wewenang dalam tindakan yang dilakukan oleh aparat tersebut.
Sumber dari kepolisian mengungkapkan bahwa, meskipun penembakan tersebut awalnya dilaporkan sebagai tindakan sah dalam rangka penegakan hukum, penyelidikan internal yang dilakukan oleh Mabes Polri menunjukkan adanya kelalaian dalam prosedur operasional standar yang telah ditetapkan. Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah bahwa anggota polisi yang melakukan penembakan tidak mengikuti prosedur yang benar dalam menghadapi situasi tersebut. Penembakan yang seharusnya menjadi langkah terakhir dalam menghadapi ancaman justru dilakukan tanpa upaya deeskalasi yang cukup, yang menyebabkan korban tewas.
Seiring dengan penyelidikan yang berlangsung, ditemukan bukti bahwa Kapolrestabes Semarang, sebagai atasan langsung, tidak melakukan pengawasan yang memadai terhadap anggotanya. Hal ini memicu tindakan tegas dari Mabes Polri untuk melakukan evaluasi terhadap jabatan Kapolrestabes tersebut. Menanggapi hasil penyelidikan, Kapolrestabes Semarang diberhentikan dari jabatannya dan dicopot dari posisi tersebut dengan alasan kelalaian dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin yang seharusnya memastikan prosedur penegakan hukum dilakukan dengan tepat.
Pencopotan ini juga disertai dengan sanksi administratif dan evaluasi lebih lanjut terhadap seluruh personel yang terlibat dalam kasus ini. Mabes Polri menegaskan bahwa mereka akan terus melakukan proses hukum terkait insiden penembakan tersebut, baik terhadap anggota yang terlibat langsung maupun terhadap Kapolrestabes yang dianggap bertanggung jawab atas kelalaian dalam pengawasan dan pelaksanaan tugas.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) selalu menekankan pentingnya profesionalisme dalam menjalankan tugas, khususnya dalam menghadapi situasi kritis yang memerlukan keputusan cepat namun tetap mengedepankan prinsip-prinsip hak asasi manusia. Kasus ini menjadi pelajaran berharga bahwa dalam setiap tindakan kepolisian, terutama yang melibatkan penggunaan kekuatan, harus selalu mematuhi prosedur yang ada dan memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.
Setelah dicopot, Kapolrestabes Semarang diberi kesempatan untuk memberikan klarifikasi terkait insiden ini. Namun, banyak pihak yang menganggap bahwa pencopotan tersebut adalah langkah yang tepat untuk menjaga citra institusi Polri yang selama ini dikenal dengan komitmennya terhadap penegakan hukum yang adil dan transparan. Keputusan tersebut juga menunjukkan bahwa Polri tidak akan mentolerir tindakan yang dapat merusak integritas institusi dan kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum.
Terkait dengan dampak kasus ini terhadap masyarakat, banyak warga Semarang yang mengungkapkan kekecewaannya. Mereka berharap agar kejadian serupa tidak terulang kembali dan meminta agar kepolisian dapat lebih transparan dalam penanganan kasus-kasus yang melibatkan anggotanya. Beberapa pihak juga menyarankan agar Polri meningkatkan pelatihan dan evaluasi internal untuk mencegah kesalahan serupa di masa mendatang.
Masyarakat Semarang pun berharap agar ke depannya, tindakan tegas yang diambil oleh Polri dapat menjadi bentuk komitmen dalam menjaga kualitas dan integritas lembaga penegak hukum, serta memberi rasa aman kepada masyarakat. Sebagai bagian dari reformasi kepolisian yang terus berkembang, kasus ini diharapkan menjadi titik balik dalam perbaikan prosedur operasional dan pengawasan internal yang lebih ketat di seluruh jajaran Polri.
Kesimpulannya, kasus penembakan Gamma yang terjadi di Semarang telah mencoreng citra Polri, namun dengan pencopotan Kapolrestabes dan sanksi yang diberikan, diharapkan institusi kepolisian dapat terus berbenah dan meningkatkan kepercayaan publik. Keputusan ini menjadi bukti bahwa Polri serius dalam melakukan evaluasi internal demi memastikan keadilan dan transparansi dalam setiap tindakan kepolisian.