Ad2stream – Iron Dome adalah salah satu sistem pertahanan yang menjadi andalan Israel dalam menghadapi serangan rudal dari kelompok militan seperti Hamas dan Hizbullah, serta ancaman rudal balistik dari negara seperti Iran. Bersama dengan sistem pertahanan lainnya, seperti David’s Sling dan Arrow 2 serta Arrow 3, Iron Dome berperan penting dalam melindungi wilayah dan penduduk Israel dari serangan yang semakin canggih. Namun, dengan intensifikasi serangan rudal dari Iran dan ketidakpastian di masa depan, pertanyaan yang muncul adalah: sampai kapan sistem ini dapat bertahan?
Baru-baru ini, Iran meluncurkan sekitar 180 rudal balistik ke wilayah Israel dalam salah satu serangan terbesar dalam sejarah peperangan. Meskipun sebagian besar dari rudal tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel, laporan menunjukkan bahwa beberapa rudal berhasil mendarat di pangkalan angkatan udara dan area dekat dengan markas Mossad, meskipun diklaim oleh Angkatan Pertahanan Israel (IDF) tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan. Akan tetapi, ini menandai sebuah kekhawatiran baru tentang efektivitas dan ketahanan sistem pertahanan Israel di bawah tekanan serangan yang intens.
Iron Dome, yang terutama dirancang untuk mencegat roket jarak pendek, demikian pula David’s Sling untuk roket jarak menengah, dan Arrow 2 serta Arrow 3 untuk rudal jarak jauh, telah membentuk jaringan pertahanan yang saling berintegrasi. Brigjen Doron Gavish menjelaskan bahwa bukan hanya Iron Dome yang berfungsi, melainkan seluruh sistem tersebut bekerja secara sinergis. Namun, serangan terbaru dari Iran menunjukkan bahwa sistem ini bisa ditembus, dengan citra satelit yang menampilkan kerusakan signifikan pada pangkalan udara akibat serangan rudal balistik yang sangat cepat.
Analis menyoroti bahwa semakin cepat rudal yang diluncurkan, semakin sulit seseorang untuk mencegahnya. Ulrich Kuhn dari Institute for Peace Research and Security Policy menggarisbawahi bahwa pertahanan terhadap rudal balistik jauh lebih kompleks, terutama ketika menghadapi banyak rudal sekaligus. Analisis lebih lanjut oleh profesor Jeffrey Lewis di Institut Studi Internasional Middlebury menekankan, bahwa 32 rudal yang berhasil mengenai pangkalan Nevatim menunjukkan sejauh mana kekuatan musuh dapat menembus pertahanan.
Sejak Oktober 2023, Israel menghadapi tekanan yang luar biasa dari serangan roket, dengan lebih dari 20 ribu rudal ditembakkan dari Gaza dan Lebanon. Hilla Haddad Chmelnik, seorang insinyur kedirgantaraan yang terlibat dalam pengembangan Iron Dome, mengakui bahwa sistem ini dirancang untuk situasi jangka pendek dan tidak memperhitungkan kondisi bertempur yang berkepanjangan seperti yang terjadi saat ini. Semakin lama konflik berlangsung, semakin besar tekanan yang dihadapi oleh sistem pertahanan ini.
Dalam kesimpulannya, meski Iron Dome dan sistem pertahanan lainnya telah berhasil melindungi Israel dari banyak serangan, serangan rudal balistik yang meningkat, terutama dari Iran, menunjukkan bahwa tidak ada sistem pertahanan yang sempurna. Pertahanan Israel, yang selama ini dibanggakan, mengalami tantangan yang signifikan. Ke depan, pertanyaan mengenai seberapa lama Israel dapat terus mengandalkan sistem pertahanan saat ancaman meningkat menjadi semakin mendesak, dan tentunya, ini adalah tantangan yang harus dihadapi oleh Israel dan sekutunya dalam upaya menjaga keamanan nasional mereka.